BAIK BURUK WAJAH POLRI TANGGUNG JAWAB KOMISI III

08-01-2010 / KOMISI III

 

Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menyatakan, bahwa baik buruknya wajah Kepolisian Indonesia  merupakan tanggung jawab komisi III. Hal tersebut diungkapkan dalam diskusi tentang Catatan Awal Tahun untuk Polri, di Pres Room DPR, Kamis (7/1)

Jika Polri masih sebagai  isntitusi penegak hukum menurut Nasir, maka penegakan hukum di Indonesia dalam kondisi bahaya.

“Karena Polri masih lebih menjadi alat kekuasaan, akibatnya supremasi hukum tidak dapat ditegakkan” tegasnya.

Harapannya di tahun 2010 sampai kedepan polisi mempunyai “muka”, sehingga tidak menjadi alat kekuasaan dan  responsif  dengan persoalan-persoalan yang ada ditengah masyarakat.

Pada tahun ini, perbaikan di institusi Polri yang harus menjadi perhatian adalah di sektor struktural, instrumental, dan kultural.

Sementara anggota Komisi III lainnya, Aziz Syamsuddin, berharap kita tidak memangdang  Polri dari sisi buruknya saja. Menurutnya, sepanjang 2009, Polri juga telah menorehkan sejumlah prestasi dalam hal pemberantasan teroris.

"Kita bisa mengacungkan jempol bahwa dalam hal pemberantasan terorisme polri mempunyai prestasi yang cukup gemilang”, ungkapnya.

Bahkan menurut Aziz Polisi dari Australia belajar pada kita. “Kita harus bisa memberikan apresiasi, karena negara orang bisa mengapresiasi pada polisi kita mengapa kita tidak”. Katanya.

Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, dalam catatan lembaganya, tahun 2009 merupakan tahun terburuk bagi Polri. Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri (BHD) dinilainya sebagai Kapolri terburuk sepanjang sejarah Polri.

"Belum ada era di mana polisi dicaci maki dan dicerca masyarakat. Saya katakan, BHD Kapolri terburuk sepanjang sejarah," kata Neta. 

 Sejumlah poin yang harus menjadi resolusi Polri pada tahun 2010 menurutnya antara lain  sistem perekrutan sekolah kepolisian. Waktu pendidikan yang terlalu singkat dikhawatirkan tidak menghasilkan kualitas polisi yang mumpuni.

"Di Sekolah Polisi Negara, pendidikan hanya empat bulan. Apa jadinya polisi kalau hanya dididik sesingkat itu?" tanyanya.

Untuk itu, lanjutnya, sistem pendidikan polisi juga harus dibenahi. "Waktu pendidikan yang diperpendek, katanya untuk mengejar target personel. Tapi kalau hasilnya jelek bagaimana?" kata Neta. (sc)



BERITA TERKAIT
Legislator Nilai Penegakan Hukum Meningkat, Dorong Transparansi & Perlindungan Masyarakat
15-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Bimantoro Wiyono, menilai penegakan hukum di tanah air telah menunjukkan perkembangan signifikan,...
Vonis Mati Kompol Satria dalam Kasus Narkoba Momentum Reformasi di Internal POLRI
14-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Gilang Dhielafararez menilai putusan vonis mati terhadap mantan Kasatreskrim Polresta Barelang, Kompol Satria...
Anggota Komisi III: Jangan Hilangkan Kesakralan HUT RI karena Polemik Bendera One Piece
07-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, meminta semua pihak untuk mengedepankan paradigma konstruktif dalam menyikapi polemik pengibaran...
Libatkan Tim Ahli Independen dan Akuntabel dalam Audit Bukti Kasus Kematian Diplomat Muda
05-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi III DPR RI Gilang Dhielafararez mendorong agar ada audit forensik digital terhadap seluruh bukti CCTV...